Baperan
Sama Si Bulog
Judul Cerpen Baperan Sama Si Bulog
Lolos moderasi pada: 1 March 2017
Hai, namaku Maya. Pasti kalian pernah ngerasain yang namanya jatuh
cinta.
Semua cinta memiliki ceritanya masing-masing. Ada yang ending yang
bahagia dan ada juga yang endingnya sebaliknya.
Kalian tau, banyak cewek yang nyalahin laki-laki buat apa yang mereka
lakuin sendiri tapi mereka nggak sadar sama sekali.
Salah satu contohnya baper. Tau lah ya, apa kepanjangan dari baper. Yap!
Bawa perasaan. Temenku pernah ngalamin itu. Dan sampai nangis-nangis lagi.
Awalnya mereka cuma temen biasa. Tapi lama kelamaan temenku yang namanya
Yulia itu malah sayang sama tu laki-laki. Nama laki-lakinya kita samarin aja
jadi Bulog.
Yulia seneng banget tuh ngechat Bulog. Tapi Bulognya juga kelihatannya
merasa nyaman sih sama si Yulia. Entah untuk nyenengin Yulia atau gimana.
“Bulog, kamu nggak terganggu kan karena aku sering ngechat dan banyak
tanya sama kamu?”, tanya Yulia polos. Berharap jawabannya ‘Iya, aku nggak terganggu
kok’. Dan itu lah jawaban Bulog ternyata.
Yulia yang membaca balasan dari Bulog itu makin sayang hingga setiap
kali ngumpul sama kami. Temen-temennya yang jadi tempat curahan seluruh isi
hatinya ini pun selalu membicarakan tentang Bulog.
Bulog ini lah, Bulog itu lah. Pokoknya telinga kami jadi panas
dengerinnya. Kayak setan yang lagi dibacain ayat kursi sama pak ustadz.
Selain dengerin ceritanya tentang Bulog. Vina, temen kami yang paling
aktif terus bilangin Yulia kalo jangan sampai sayang banget. Takutnya endingnya
malah sakit banget. Kan kami malah frustasi banget. Dengerin curhatan yang
panjang banget. Dan air mata yang keluar juga banyak banget. Nanti baju kami
basah banget. Terus sembuhnya juga lama banget.
Tapi si Yulia malah ngangguk-ngangguk aja, tau deh dia ngerti atau
nggak.
Dan ternyata pesan Vina menjadi kenyataan. Yulia yang sayang banget sama
Bulog pagi-pagi udah nangis nggak henti-hentinya.
“Kamu kenapa Yul? Kok nangis terus?”, tanya ku.
“Hm… huaaa!!!”, tangisan Yulia malah tambah keras sehabis kutanya.
Salahku dimana coba, aku kan cuma nanya permasalahannya. Terus kok malah
tambah kencang nangisnya?
“Iya, kenapa sih nangis-nangis segala?”, Vina juga bertanya sambil
mengelus-ngelus pundak Yulia. Berharap Yulia akan berhenti menangis.
Zahra yang berada di sana juga mendengar dan melihat semua yang terjadi
pada Yulia. Aku, Vina dan Zahra sampai kebingungan mau buat apa.
“Dia nyuruh aku ngejauhin dia!!!”, akhirnya Yulia memberi tahu juga.
“Dasar kurang ajar. Laki-laki apaan kayak gitu. Bisanya nyakitin hati
perempuan aja. Gimana sih Ang… itu. Dasar brengsek.”, saking marahnya Vina
sampai menyebut nama aslinya dan lupa menyebut nama samaran dari laki-laki itu.
“Eh!!! Vina… Bulog Vina. Ingat Bulog, bukan Ang!”, serempak aku, Yulia,
dan Zahra meneriaki Vina.
“Oh ya, maaf. Soalnya kebawa emosi sih. Hehehe…”, Vina cengar cengir
sendiri kayak orang nggak waras.
“Itu juga kan salah kamu sendiri. Kenapa juga kamu ngechat dia mulu.”,
aku mencoba meluruskan semua permasalahan.
“Eh! Enggak bisa gitu dong. Kan Bulog yang salah. Dia yang bilang kalo
dia nggak terganggu sama Yulia yang ngechat dia mulu.”, Vina berusaha membela
Yulia.
Perdebatan kami terus berlanjut, tak habis-habisnya seperti sidang kasus
kopi sianida yang menewaskan Wayan Mirna Salihin dengan tersangka Jessica
Kumala Wongso.
Akhirnya Yulia menyuruh kami berhenti dan memberi jalan tengah.
“Nanti akan kukirimkan screenshot dari percakapan kami di grup.”
“Oke”, Aku dan Vina menjawab serempak.
Sore harinya, Vina memintaku untuk menemaninya pergi ke pasar untuk
membeli topi. Topi putih bertuliskan merek terkenal yang harganya lumayan
mahal, tapi nggak mahal banget juga sih. Bisa dibilang murah juga.
Sepulang dari pasar, kami berdua nongkrong di rumahku dulu. Vina teringat
akan sesuatu. Percakapan antara Yulia dan Bulog.
“Aku mau lihat dong!”, kataku.
Vina segera memberikan handphonenya dan segera kubaca semua percakapan
mereka berdua.
“Kurasa, Yulia lah yang bersalah atas semua ini. Dia terlalu posesif
terhadap Bulog. Dan menyuruh Bulog seakan-akan mereka berdua telah pacaran.”,
Vina merasa kalah di depanku.
“Ya kan, kubilang juga apa. Tapi ya sudahlah, yang berlalu biarlah
berlalu.”, jawabku kepada Vina sambil tersenyum.
“Tapi jangan bilang ke Yulia kalo dia yang salah. Entar malah nangis
lagi.”, bisik Vina.
“Sip.”, jawabku sambil mengacungkan jari jempol ke hadapan Vina.
Nah, bagi kalian
yang lagi deket banget sama laki-laki, jangan mudah baperan ya! Takutnya kayak
Yulia lagi. Tenang aja, hidup itu dibawa santai aja. Tapi jangan santai banget,
nanti malah nggak fokus lagi sama apa yang lagi di jalanin. And jangan pikir
semua laki-laki sama ya, ada kok yang baik kan.
Cerpen Karangan:
Aliyah Putri
Suntingan
: http://cerpenmu.com/cerpen-patah-hati/baperan-sama-si-bulog.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar